PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI PRAKTIK BELAJAR KEWARGANEGARAAN (PROJECT CITIZEN)
(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 3
Semarang)
Oleh : Titik Haryati** dan Noor Rochman*
Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi adanya kenyataannya masalah
yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses
pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Rumusan masalah “Apakah dengan Praktik Belajar
Kewarganegaraan (Project Citizen),
dapat ditingkatkan kualitas pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan?”. Tujuan penelitian: untuk mengetahui apakah dengan Project Citizen, dapat ditingkatkan kualitas pembelajaran PKn.
Jenis penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Semarang. Variabel
penelitian: variabel input: kualitas pembelajaran sebelum menggunakan model Project Citizen; variabel proses:
kegiatan penerapan model Project Citizen;
dan variabel output: kualitas setelah menggunakan model pembelajaran Project Citizen. Metode pengumpulan data
yang digunakan adalah observasi, tes, dokumentasi. Teknik analisis data dengan
pendekatan kualitatif dan teknik deskriptif prosentase.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
model pembelajaran Project Citizen
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran PKn di Kelas VIII D SMP Negeri 3
Semarang. Kualitas pembelajaran PKn sebelum
penggunaan model pembelajaran Project
Citizen yaitu 52 % (kurang baik), namun setelah penggunaan model
pembelajaran Project Citizen meningkat
menjadi 81 % (sangat baik). Kesimpulan dengan menggunakan model pembelajaran
Project Citizen dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran di SMP Negeri 3 Semarang dengan rata-rata peningkatan
kualitas pembelajaran sebesar 29 %. Saran untuk guru dan sekolah hendaknya
menerapkan model pembelajaran Project
Citizen dengan memperhatikan dan menyesuaikan kondisi, sarana prasarana dan
fasilitas yang ada, terlebih lagi bagi kesulitan dalam meningkatkan antusiasme
belajar siswa. Bagi para siswa dalam kegiatan belajar mengajar senantiasa aktif
dan kritis agar proses belajar berjalan dengan kondusif dan bermakna sesuai
dengan tujuan pembelajaran.
kata kunci : kualitas pembelajaran, pendidikan kewarganegaraan,
project citizen
Latar Belakang
Sistem pendidikan nasional dituntut
harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta
relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai
dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, global (Undang-undang No.
20 Tahun 2003). Salah satu upaya yang segera dilakukan untuk memenuhi tuntutan
tersebut adalah pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan
berkesinambungan. Strategi peningkatan mutu pendidikan dalam proses
pembelajaran merupakan upaya pembaharuan pendidikan yang dapat dilakukan oleh
guru.
Kualitas pembelajaran merupakan faktor
yang menentukan peningkatan mutu pendidikan. Kualitas pembelajaran dilihat pada intensitas keterkaitan sistemik
dan sinergis antara perilaku pembelajaran guru, perilaku dan dampak belajar
siswa, materi, media, dan iklim pembelajaran dalam menghasilkan proses dan
hasil belajar yang optimal. Oleh karena itu, peningkatan kualitas pembelajaran
harus diperhatikan dengan seksama karena merupakan salah satu faktor penunjang
peningkatan mutu pendidikan.
Namun pada kenyataannya sekarang, salah satu masalah yang dihadapi dunia
pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran, khususnya pada
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Hal ini dapat terlihat dari
pembelajaran PKn masih didominasi sistem konvensional. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
tidak mengaitkan materi dengan realita kehidupan siswa, tidak kontekstual,
lebih banyak memberikan kemampuan untuk menghapal bukan berpikir, kreatif,
kritis dan analitis, bahkan menimbulkan sikap apatis siswa dan menganggap
enteng dan kurang menarik. (Budimansyah dan Komalasari, 2008). Kondisi semacam
ini tidak sejalan dengan semangat untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna
bagi siswa dan membawa pengaruh pada
kualitas proses dan hasil pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
Atas dasar kenyataan tersebut di atas,
maka perlu dilakukan peningkatan kualitas pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan agar menjadi “subjek pembelajaran yang kuat” (powerful learning area) yang secara
kurikuler ditandai oleh pengalaman belajar secara kontekstual dengan ciri:
pembelajaran menjadi lebih bermakna (meaningful),
terintegrasi (integrated), berbasis
nilai (value-based), menantang (challenging), dan mengaktifkan (activating). Salah satu model adaptif
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran adalah Praktik Belajar Kewarganegaraan
(Project Citizen) (Budimansyah, 2008). Dalam pembelajaran menggunakan Project Citizen siswa diajak untuk
memecahkan masalah riil dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Di sini siswa belajar menemukan alternatif pemecahan masalah. Di samping itu,
siswa juga mengembangkan proses penalaran dan klarifikasi nilai. Kemudian siswa
mengembangkan usul kebijakan publik dan mengusulkan rencana tindakan.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang timbul
adalah “Apakah dengan Praktik Belajar Kewarganegaraan (Project Citizen), dapat ditingkatkan
kualitas pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Negeri 3 Semarang?”.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah dengan Praktik Belajar
Kewarganegaraan (Project Citizen),
dapat ditingkatkan kualitas pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMP
Negeri 3 Semarang.
Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan
penelitian di atas, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1) Penulis : Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman
nyata dalam mengembangkan model Praktik Belajar Kewarganegaraan (Project Citizen) di SMP; 2) Bagi
Guru PKn di SMP Negeri 3 Semarang : Sebagai masukan untuk mengadakan variasi
model pembelajaran guna meningkatkan kualitas pembelajaran dan prestasi belajar
siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
Tinjauan Pustaka
Tinjauan Kualitas Pembelajaran
Kualitas pembelajaran secara
operasional dapat diartikan sebagai intensitas keterkaitan sistemik dan
sinergis guru, siswa, materi, iklim pembelajaran, dan media
dalam menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan
tuntutan kurikuler (Mariani, 2009: 6). Jadi, kualitas pembelajaran adalah intensitas keterkaitan
sistemik dan sinergis berbagai komponen yang terlibat di dalam pembelajaran,
yaitu guru, siswa, materi, iklim atau situasi pembelajaran, media yang diterapkan dalam menghasilkan proses dan
hasil belajar yang optimal.
Secara kasat mata indikator kualitas
pembelajaran dapat dilihat antara lain dari perilaku pembelajaran
guru (teacher behavior), perilaku
dan dampak belajar siswa (student behavior), iklim pembelajaran (learning
climate), materi pembelajaran, dan media pembelajaran. Masing-masing
indikator tersebut secara singkat dapat dijabarkan sebagai berikut (Mariani,
2009: 6): 1) Dari sisi guru, kualitas dapat dilihat dari seberapa optimal guru mampu memfasilitasi proses belajar siswa; 2) Dari
sisi siswa, kualitas dapat dilihat
perilaku dan dampak belajar siswa yang mampu membuat siswa termotivasi, aktif,
dan kreatif; 3)
Dari aspek iklim pembelajaran, kualitas dapat dilihat
dari seberapa besar suasana belajar mendukung terciptanya kegiatan pembelajaran
yang menarik, menantang, menyenangkan dan bermakna bagi siswa; 4) Dari
sisi media belajar kualitas dapat dilihat dari seberapa efektif media belajar
digunakan oleh guru untuk meningkatkan intensitas belajar siswa; 5) Sedangkan
dari aspek materi, kualitas dapat dilihat dari kesesuaiannya dengan tujuan dan
kompetensi yang harus dikuasai siswa.
Tinjauan Praktik Belajar Kewarganegaraan (Project Citizen)
Praktik Belajar Kewarganegaraan (Project Citizen) adalah suatu inovasi
pembelajaran yang dirancang untuk membantu peserta didik memahami teori
kewarganegaraan melalui pengalaman belajar praktik-empirik. Dengan adanya praktik,
siswa diberikan latihan untuk belajar secara kontekstual (Depdiknas, 2003: 12). Sedangkan menurut Budimansyah (2009: 1) Project
Citizen adalah satu instructional
treatment yang berbasis masalah untuk mengembangkan pengetahuan, kecakapan,
dan watak kewarganegaraan demokratis yang memungkinkan dan mendorong
keikutsertaan dalam pemerintahan dan masyarakat sipil (civil society).
Budimansyah (2008: 182) menegaskan bahwa
landasan pemikiran Project Citizen terletak
pada satu kerangka yang terdiri atas lima bagian tentang gagasan pendidikan dan
politik.
Pertama,
diperlukannya keterlibatan warga negara dalam kehidupan berwarga negara. Kedua, Inti dari Pendidikan
Kewarganegaraan kaya akan nilai jika para siswa ikut ambil bagian secara aktif
dalam kehidupan berwarga negara. Ketiga, dengan
menggali masalah-masalah yang ada di komunitas mereka sendiri, maka mereka akan
mengetahui prinsip-prinsip demokrasi yang merupakan inti dari pengetahuan
kewarganegaraan. Keempat, Project Citizen
dimaksudkan untuk diterapkan terutama oleh para siswa sekolah menengah atau
usia-usia remaja pradini (berusia sekitar 10-15 tahun) yang mulai bergeser dari
berpikir kongkrit menuju berpikir abstrak. Kelima,
Project Citizen menganggap siswa sebagai sumber kewarganegaraan yang
gagasan dan tenaganya dapat secara nyata dicurahkan pada masalah-masalah
kebijakan publik
Menurut Budimansyah dan Karim Suryadi
(2008: 25) strategi instruksional yang digunakan dalam model ini, pada dasarnya
bertolak dari strategi “inquiry learning,
discovery learning, problem solving learning, research-oriented learning,” yang
dikemas dalam model “project” ala
John Dewey. Dalam hal ini ditetapkan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi masalah kebijakan publik dalam masyarakat;
Dalam tahap ini terdapat beberapa kegiatan yang
dilakukan guru bersama siswa yaitu : mendiskusikan tujuan, mencari masalah, apa
saja yang siswa ketahui, tentang masalah-masalah di masyarakat dan memberi
tugas pekerjaan rumah tentang masalah-masalah yang ada di lingkungan masyarakat
yang mereka anggap penting sesuai dengan kemampuan siswa.
Dalam mengerjakan pekerjaan rumah tersebut siswa
diharapkan untuk mencari informasi tentang masalah yang akan dikaji dengan cara:
a) mewawancarai orang tua atau keluarga, teman, tetangga, dan orang lain yang
dianggap menguasai masalah yang dikaji, b) melalui sumber-sumber cetak seperti
majalah, koran dan tabloid, c) melalui media elektronik seperti radio, TV dan
internet. Semua informasi yang diperoleh harus dicatat untuk didiskusikan di
kelas.
2. Memilih suatu masalah untuk dikaji oleh kelas;
Sebelum
memilih masalah yang akan dikaji hendaknya para siswa mengkaji terlebih dahulu
pengetahuan yang telah mereka miliki tentang masalah di masyarakat, dengan
langkah sebagai berikut : 1) Mengkaji masalah yang telah dikumpulkan; 2)
Mengadakan pemilihan secara demokratis tentang masalah yang akan mereka kaji
dengan cara memilih salah satu masalah yang telah ditulis di papan tulis; 3) Melakukan
penelitian lanjutan tentang masalah yang terpilih untuk dikaji dengan
mengumpulkan informasi.
3. Mengumpulkan informasi yang terkait pada masalah itu;Langkah-langkah dalam tahap ini adalah sebagai berikut : 1) Mengidentifikasi sumber-sumber informasi; 2)
Tinjau ulang untuk memperoleh dan mendokumentasikan informasi; 3) Pengumpulan
informasi.
4. Mengembangkan portofolio kelas;
Pada
tahap ini, siswa hendaknya telah menyelesaikan penelitian yang
memadai untuk memulai membuat portofolio kelas, dengan langkah sebagai berikut
: 1) Kelas dibagi dalam 4 kelompok dan setiap kelompok akan bertanggung jawab
untuk membuat satu bagian portofolio; 2) Guru mengulas tugas-tugas
rinciannya untuk portofolio. Tugas Masing-masing kelompok portofolio : Menjelaskan
Masalah, Mengkaji Kebijakan alternatif, Mengusulkan kebijakan alternatif,
Mengembangkan Rencana kerja; 3) Guru menjelaskan spesifikasi portofolio yakni terdapat bagian penayangan dan bagian
dokumentasi pada setiap kelompok. Adapun gambaran portofolio tayangan dan portofolio dokumentasi adalah sebagai berikut :
|
|
Gambar 1. Portofolio Tayangan dan
Portofolio Dokumentasi
Sumber
: Budimansyah (2009: 75)
|
5. Menyajikan portofolio (Show Case) di
hadapan dewan juri;
Dalam
menyelenggarakan gelar kasus (Show Case), guru sebagai pihak
penyelenggara hendaknya melakukan hal-hal sebagai berikut : 1) Persiapan Show Case; 2) Pembukaan Show Case; 3) Penyajian oleh kelompok yang telah dibentuk disertai tanya-jawab oleh dewan juri; 4) Selingan; 5) Tanggapan
audiens; 6) Pengumuman dewan juri.
Penyajian
Portofolio (Show Case) dilaksanakan setelah kelas
menyelesaikan portofolio tampilan maupun portofolio dokumentasi. Pelaksanaan
dapat dilakukan pada akhir semester satu atau akhir semester dua bersamaan
dengan kenaikan kelas, tergantung pada kondisi dan situasi sekolah.
6. Melakukan refleksi pengalaman belajar.
Dalam
kegiatan refleksi ini siswa diajak melakukan evaluasi tentang apa dan bagaimana
mereka belajar. Tujuan refleksi adalah untuk belajar menghindari kesalahan di
masa yang akan datang dan meningkatkan kinerja siswa.
Kelebihan dan keunggulan pembelajaran Project Citizen adalah sebagai berikut :
1) Memungkinkan siswa terhubung dengan peristiwa dan masalah dunia nyata; 2) Memungkinkan
siswa mengintegrasikan berbagai konsep dan ide-ide terkait; 3) Mendorong
siswa dapat menggunakan pengetahuan dan keterampilan dari berbagai disiplin
ilmu; 4) Mendorong siswa belajar untuk bekerja sama dengan rekan-rekan dalam suatu
kelompok; 5) Memungkinkan siswa mengevaluasi kemajuan mereka sendiri melalui penilaian
diri; 6) Memungkinkan siswa berhubungan dengan kegiatan penilaian untuk kegiatan
pembelajaran;
7) Menungkinkan siswa memanfaatkan dari keterlibatan orang
tua dan anggota masyarakat lainnya. (CCE, 1998: 31).
Sedangkan menurut Fachrudin (2010, 131) kelemahan Project Citizen adalah sebagai berikut : 1) Waktu
yang digunakan pada pelaksanaan model Project
Citizen memerlukan waktu ideal 4-6 minggu; 2) Membutuhkan biaya; 3) Membutuhkan
kesiapan guru. Jadi,
kelemahan Project Citizen adalah
waktu yang digunakan pada pelaksanaan model Project
Citizen memerlukan waktu ideal 4-6 minggu, membutuhkan biaya dan kesiapan
guru sehingga jika guru ingin menerapkan model ini maka dibutuhkan persiapan,
perencanaan yang matang dan skill guru.
Penerapan Praktik
Belajar Kewarganegaraan (Project Citizen)
dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Penerapan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan
Nasional (2005: 1180) adalah proses, cara, perbuatan
menerapkan.
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa
penerapan itu adalah jalannya atau langkah-langkah atau cara menerapkan
sesuatu. Dalam tulisan
ini, sesuatu tersebut adalah Praktik Belajar Kewarganegaraan (Project Citizen), maksudnya adalah perbuatan peneliti
menerapkan Praktik Belajar Kewarganegaraan (Project Citizen) untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Kelas VIII Semester Gasal.
Adapun penerapan Praktik Belajar Kewarganegaraan (Project Citizen) dalam mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan di Kelas VIII Semester Gasal sebagai berikut.
Model Project Citizen dikarenakan
memang sifatnya yang generik dan universal, maka materi yang dibahas dapat
merupakan materi lintas SK, lintas KD bahkan lintas mata pelajaran (Dahli
Ahmad: http://dahli-ahmad.blogspot.com). Adapun dari beberapa Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas VIII Semester Gasal yang mungkin dapat
dicapai melalui Praktik Belajar Kewarganegaraan (Project Citizen) adalah sebagai berikut.
Standar Kompetensi
|
Kompetensi Dasar
|
1.
Menampilkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila
|
1.3
Menunjukkan sikap positif terhadap Pancasila dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara
1.4
Menampilkan sikap positif terhadap Pancasila dalam
kehidupan bermasyakat
|
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar di atas dipilih karena sesuai
dengan fokus perhatian dari model Praktik Belajar Kewarganegaraan (Project Citizen) lebih mengarah pada
pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan kewarganegaraan siswa agar mampu menampilkan perilaku yang
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat.
Metodologi
Penelitian
Jenis Penelitian
Jenis penelitian
yang peneliti gunakan adalah penelitian tindakan kelas. Dalam hal ini, tindakan
yang akan dicermati dalam penelitian ini adalah penerapan Praktik Belajar
Kewarganegaraan (Project Citizen)
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PKn kelas VIII semester gasal di SMP
Negeri 3 Semarang tahun pelajaran 2011- 2012.
Sumber Data
Sumber data primer
adalah data yang dikumpulkan atau diperoleh langsung di SMP Negeri 3 Semarang
seperti siswa
kelas VIII
dan guru sebagai mitra peneliti serta seluruh komponen sekolah.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan
data dalam penelitian ini antara lain :
1.
Observasi
Untuk penelitian ini adalah peneliti
mengadakan observasi langsung dengan cara mengamati penerapan Praktik Belajar
Kewarganegaraan (Project Citizen) pada mata pelajaran PKn di kelas VIII SMP Negeri 3 Semarang.
2.
Tes
Tes yang digunakan peneliti untuk mengetahui kemampuan dan
prestasi belajar siswa
dalam pembelajaran PKn
dengan model Praktik Belajar Kewarganegaraan (Project Citizen) ada
dua
yaitu tes perbuatan dan tes produk. Tes perbuatan
dilakukan pada saat para siswa melakukan gelar kasus (Showcase). Tes produk
yang dihasilkan para siswa sebagai hasil proyek belajar adalah portofolio hasil
belajar, yang terdiri atas portofolio tayangan dan portofolio dokumen.
3.
Dokumentasi
Dokumentasi yang digunakan peneliti
adalah laporan kegiatan siswa yang ditugaskan guru yang berupa bundel (portofolio) dan sumber lain yang
relevan, seperti lembar pengamatan dari guru sebagai kolaborasi dalam
penelitian.
Analisis Data
Data yang berupa catatan
pengamatan, keadaan, hasil belajar koginitif dan afektif serta produk penilaian
dianalisa dengan pendekatan kualitatif, yaitu dengan pendekatan triangulasi
data. Pertama dilakukan reduksi data, yaitu kegiatan memilih data mana yang
sesuai dengan tujuan penelitian untuk dipaparkan. Kedua, melakukan pemaparan
data, dan ketiga dilakukan verifikasi pengambilan kesimpulan.
Untuk mengetahui
seberapa besar kualitas proses dan hasil belajar PKn. Maka analisis juga
dilakukan pada instrumen lembar pengamatan guru dengan menggunakan teknik
deskriptif prosentase.
Hasil
Penelitian dan Pembahasan
Hasil
Penelitian
Setelah
diterapkannya model pembelajaran Project
Citizen, kualitas pembelajaran PKn mengalami peningkatan yang signifikan. Kualitas
pembelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran Project Citizen dapat disimak melalui perbandingan rekapitulasi
hasil pengamatan sebelum penelitian dan sesudah penelitian sebagai berikut :
Perbandingan
Kualitas Pembelajaran PKn Sebelum dan Sesudah Penggunaan Model Pembelajaran Project Citizen
Nilai rata-rata & (%)
|
Peningkatan
|
||||
Sebelum
|
Sesudah
|
||||
Nilai
rata-rata
|
(%)
|
Nilai
rata-rata
|
(%)
|
Nilai
rata-rata
|
(%)
|
2,6
|
52 %
|
4,05
|
81 %
|
1,45
|
29 %
|
Sumber : Data yang diolah
Keterangan nilai prosentase :
< 55 % = kualitas
pembelajaran kurang baik
56 % - 65 % = kualitas pembelajaran
cukup baik
66 % - 80
% = kualitas
pembelajaran baik
> 80 % = kualitas
pembelajaran sangat baik
Berdasarkan data
hasil penelitian yang terpapar pada tabel di atas nampak bahwa kualitas
pembelajaran PKn dengan menggunakan model Project
Citizen meningkat. Hal itu dapat dilihat dan dibandingkan antara sebelum
dan sesudah penelitian. Sebelum peneliti mengadakan penelitian diketahui bahwa
kualitas pembelajaran PKn sebelum menggunakan model Project Citizen kurang baik. Dengan prosentase kualitas
pembelajaran 52%. Namun setelah penggunaan model pembelajaran Project Citizen prosentase kualitas
pembelajaran bertambah menjadi 81% (sangat baik). Rata-rata peningkatan
kualitas pembelajaran sebesar 29 %. Ini menunjukkan bahwa penggunaan model
pembelajaran Project Citizen dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran PKn.
Pembahasan
Model pembelajaran
Project Citizen berdasar hasil penelitian di atas merupakan
pembelajaran yang mampu menjadikan mata pelajaran PKn menjadi:
1.
Pembelajaran PKn menjadi lebih bermakna
Dalam pembelajaran
Project Citizen siswa merupakan
sentral pembelajaran sedangkan guru sebagai fasilitator. Dengan pembelajaran Project Citizen siswa banyak memperoleh
pengalaman belajar yang sangat bermakna. Pengalaman tersebut antara lain
pengalaman sosial dalam kerja kelompok (cooperation
learning), pengalaman akademik melalui pemecahan masalah (problem solving), menyusun portofolio
dokumen sebagai publikasi yang menarik serta mempresentasikannya dengan membuat
portofolio tayangan. Selain itu siswa mendapatkan wawasan substansial seperti
pemahaman tentang kebijakan publik, belajar tentang masalah-masalah yang ada di
masyarakat yang memiliki perhatian terhadap masalah publik. Semua itu
menjadikan belajar benar-benar bermakna.
2.
Proses pembelajaran PKn menjadi menyenangkan dan menarik
Berdasarkan
observasi dan dokumentasi dapat dikatakan bahwa pembelajaran Project Citizen pada mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan menjadi pembelajaran yang menyenangkan dan menarik.
Selain mendapat teori mata pelajaran juga dapat belajar sambil bermain. Siswa
tidak merasa jenuh dengan pembelajaran yang hanya di kelas tetapi juga dapat
ikut turun langsung ke lapangan mencari data dan informasi, siswa dapat leluasa
menuangkan ide dan pendapat sehingga siswa terdorong untuk aktif, kreatif, dan
kritis terhadap masalah yang dikaji. Siswa mendapatkan ruang yang cukup luas
untuk berapresiasi dan berkreasi, dengan demikian kegiatan-kegiatan dalam
pembelajaran Project Citizen memberi
tantangan tersendiri bagi siswa karena siswa terlibat mencari, mengalami,
bahkan menemukan kebermaknaan belajar dan mendapatkan pengalaman berharga yang
tidak didapatkan dalam kelas.
3.
Kualitas Pembelajaran PKn menjadi meningkat
Berdasarkan hasil
observasi pembelajaran Project Citizen mampu
meningkatkan kualitas pembelajaran PKn yang dilihat dari beberapa aspek yakni :
a.
Dari aspek perilaku pembelajaran guru dapat dilihat
terjadi peningkatan yakni guru mampu menerapkan model pembelajaran Project Citizen yang relevan dengan mata
pelajaran PKn untuk kegiatan pembelajaran dan praktek; guru mampu menyiapkan
kondisi yang kondusif untuk belajar siswa dan menyediakan sumber belajar
seperti surat kabar yang mampu dieksplorasi siswa dalam langkah
mengidentifikasi masalah; guru mampu memberikan tugas yang menantang untuk memperdalam suatu konsep.
b.
Dari aspek perilaku dan dampak belajar siswa dapat
dilihat terjadi peningkatan yakni keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
seperti siswa aktif berpendapat, siswa dapat aktif diskusi, siswa aktif
bertanya dalam kelompok portofolio dan gelar kasus (Show Case); siswa termotivasi untuk belajar; siswa mampu belajar
mandiri serta mencari dan memanfaatkan sumber belajar dan menganalisis masalah
yang belum dikuasai.
c.
Dari aspek iklim pembelajaran terjadi peningkatan yakni
melalui langkah-langkah pembelajaran Project
Citizen, suasana kelas menjadi kondusif, bervariasi, menimbulkan gairah belajar,
mampu memotivasi siswa, berbeda dari pembelajaran yang biasa dilakukan; iklim
pembelajaran pada saat kegiatan gelar kasus (Show Case) membuat siswa tertantang untuk bertanya mengerjakan
tugas, mengungkapkan pendapat, atau mengajukan prakarsa
serta menanggapi sesuatu.
d.
Dari aspek materi pembelajaran terjadi peningkatan yakni
materi pembelajaran menjadi sistematis dan terpadu dan kontekstual karena
berkaitan dengan masalah “kenaikan harga sembako”; dengan penyajian materi yang
berupa pemecahan masalah dapat mengakomodasikan partisipasi aktif siswa dalam
belajar semaksimal mungkin.
e.
Dari aspek media pembelajaran; terjadi peningkatan
melalui media portofolio tayangan dan dokumentasi dapat menciptakan pengalaman
belajar yang bermakna; mampu menfasilitasi proses interaksi siswa dan guru;
siswa dan siswa; serta siswa dengan ahli bidang ilmu yang relevan; dapat
memperkaya pengalaman belajar siswa; mampu mengubah suasana belajar dari siswa
pasif dan guru sebagai sumber ilmu satu-satunya, menjadi siswa aktif berdiskusi
dan mencari informasi melalui berbagai sumber belajar yang ada.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1.
Pembelajaran Project
Citizen merupakan pembelajaran yang menyenangkan dan menarik karena siswa
mendapat pengalaman belajar yang sangat bermakna, tidak hanya dari guru saja
tetapi juga di dapat dari nara sumber langsung di lapangan, lingkungan,
masyarakat dan media.
2.
Penerapan model pembelajaran Project Citizen pada mata pelajaran PKn kelas VIII D SMP Negeri 3
Semarang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang semula (sebelum
penelitian) kurang baik (52 %) menjadi sangat baik (81 %). Rata-rata
peningkatan kualitas pembelajaran sebelum dan sesudah penelitian sebesar 29 %.
Saran
Berdasarkan
simpulan di atas, penulis menyarankan :
1.
Model pembelajaran Project
Citizen merupakan model pembelajaran yang menyenangkan, menarik dan dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran. Para guru dan sekolah hendaknya menerapkan
model pembelajaran Project Citizen dengan
memperhatikan dan menyesuaikan kondisi, sarana prasarana dan fasilitas yang
ada, terlebih lagi bagi kesulitan dalam meningkatkan antusiasme belajar siswa.
2.
Keterbatasan waktu, keterbatasan tenaga dan minimnya
biaya menjadikan penelitian ini belum bisa mendapat hasil yang maksimal. Untuk
mendapatkan hasil yang maksimal diharapkan agar pihak sekolah memberi dukungan,
sarana prasarana yang memadai dan bantuan biaya serta menjalin kerjasama dengan
pihak lain.
Daftar Pustaka
Ahmad, Dahli. 2010. Model
Pembelajaran Project Citizen.
(http://dahli-ahmad.blogspot.com/2010/07/model-pembelajaran-project-citizen.
html).
Budimansyah, D. 2008. “Revitalisasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
melalui Praktik Belajar Kewarganegaraan (Project
Citizen)” dalam Acta Civicus Vol. 1. Nomor 2, April 2008.
Budimansyah, D. 2009. Inovasi
Pembelajaran Project Citizen. Bandung : Program Studi Pendidikan
Kewarganegaraan SPs Universitas Pendidikan Indonesia.
Budimansyah, D. 2010. Penguatan
Pendidikan Kewarganegaraan untuk Membangun Karakter Bangsa. Bandung : Widya Aksara Press.
Budimansyah, D. dan Karim Suryadi. 2008. PKn dan Masyarakat Multikultural.
Bandung : Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan SPs Universitas Pendidikan
Indonesia.
Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Depdiknas. 2006. Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama. Jakarta : Departemen
Pendidikan Nasional.
Fachrudin, Rifto. 2010. Strategi Peningkatan Mutu Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tentang Hak Asasi Manusia dengan Model Project Citizen. Tesis Program
Pascasarjana UPI: diunduh dari http://abstrak.digilib.upi.ac.id.
Komalasari, K. Dan D. Budimansyah. 2008. “Pengaruh
Pembelajaran Kontekstual dalam Pendidikan Kewarganegaraan terhadap Kompetensi
Kewarganegaraan Siswa SMP” dalam Acta
Civicus Vol. 2, No. 1, Oktober 2008.
Mariani, Scolastika. 2009. Peningkatan Kualitas Pembelajaran.
(http://scmariani-unnes.blogspot.com/)
Makasih
BalasHapusBagus dan numpang copy ya mau dipelajari dan diterapkan di kelas. Trmksh
BalasHapusArtikelnya sangat membantu, saya izin copy ya untuk dipelajari. Makasih :)
BalasHapusProf. Dasim dan Prof Karim kebetulan dosen saya. So Proud:)
BalasHapusartikelnya sangat membantu sekali,saya izin copy ya untuk dipelajari. terimakasih
BalasHapus