POLA
PENDAMPINGAN MASYARAKAT PENERIMA PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN GERDU
KEMPLING DI KELURAHAN
KARANGTEMPEL
KOTA SEMARANG
TAHUN 2012
Oleh:
Rosalina
Ginting, Titik Haryati, Suwarno Widodo, Noor Rochman
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi adanya
pelaksanaan Program Gerdu Kempling yang
dinilai kurang maksimal dan ditemukan banyak persoalan di lapangan antara
lain: Pertama, tidak ada sinkronisasi antara program dengan kegiatan, Kedua, tidak tepat sasaran, Ketiga, program ini dijalankan tak
sesuai kebutuhan. Hal ini disebabkan
oleh minimnya pendampingan dalam program Gerdu Kempling dan Program
pendampingan juga tidak berkelanjutan. Rumusan masalah “Bagaimanakah pola
pendampingan masyarakat penerima program penanggulangan kemiskinan Gerdu
Kempling di Kelurahan Karangtempel Kota Semarang tahun 2012?”. Tujuan
penelitian: untuk mengetahui pola pendampingan masyarakat penerima program
penanggulangan kemiskinan Gerdu Kempling di Kelurahan Karangtempel Kota
Semarang tahun 2012.
Jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, dilaksanakan di Kelurahan Karangtempel
Kota Semarang. Fokus atau titik perhatian dalam penelitian ini adalah pola
pendampingan masyarakat penerima program penanggulangan kemiskinan Gerdu
Kempling di Kelurahan Karangtempel Kota Semarang tahun 2012 dengan indikator sebagai berikut: (1) Motivasi, (2) Peningkatan kesadaran dan pelatihan kemampuan, (3) Manajemen diri, (4) Mobilisasi sumber, (5) Pembangunan dan pengembangan jaringan. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dikumentasi.
Teknik analisis data dengan pendekatan kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola
pendampingan kepada masyarakat penerima gerdu kempling di kelurahan karang
tempel dilakukan cara dengan memberikan motivasi dan peningkatan kesadaran dan
pelatihan kemampuan. Pendampingan kepada masyarakat penerima bantuan atau
program tersebut berupa pemberian motivasi nonfinansial karena tidak ada
anggaran untuk pemberian pendampingan masyarakat penerima program gerdu
kempling. Kesimpulan: pola pendampingan masyarakat penerima program gerdu
kempling di kelurahan karang tempel yang paling dominan adalah dengan melakukan
dua kegiatan yakni 1) motivasi, dan 2)
Peningkatan kesadaran dan pelatihan kemampuan. Sedangkan pendampingan
yang masih kurang atau belum dilaksanakan adalah melalui kegiatan 1) Manajemen
diri, 2) Mobilisasi sumber, 3) Pembangunan dan pengembangan jaringan. Saran: Perlunya
pendampingan yang massif oleh seluruh seluruh stakeholder kepada masyarakat
penerima program gerdu kempling di kelurahan karangtempel agar program
penanggulangan kemiskinan gerdukempling dapat berhasil menurunkan angka
kemiskinan di kelurahan gerdu kempling.
Kata kunci: pola,
pendampingan, gerdu kempling
PENDAHULUAN
Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kesejahteraan
rakyat. Oleh karena itu, hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh
rakyat sebagai wujud peningkatan kesejahteraan lahir dan batin secara adil dan
merata (Fatmasari, 2007). Salah satu
indikator utama keberhasilan pembangunan adalah laju penurunan jumlah
penduduk miskin (Simatupang dan Saktyanu K. Dermoredjo, 2003). Oleh karena itu,
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
wajib memprioritaskan pembangunannya dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan dan penanggulangan kemiskinan.
Salah satu
upaya Pemerintah Kota Semarang untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan
(strategi percepatan penanggulangan kemiskinan terpadu) yaitu melalui program
GERDU KEMPLING (Gerakan Terpadu Di Bidang Kesehatan, Ekonomi, Pendidikan,
Infrastruktur dan Lingkungan). Program Gerdu Kempling merupakan Gerakan Terpadu
yang melibatkan seluruh stakeholder dalam hal ini Pemkot, Perguruan Tinggi,
BUMN, Perusahaan Swasta, Perbankan yang bersama-sama bersinergi mengatasi
persoalan kemiskinan mencakup segala
aspek dan terangkum dalam 5 bidang, yaitu Kesehatan, Ekonomi, Pendidikan,
Infrastruktur, dan Lingkungan.
Program Gerdu
Kempling mulai dilaksanakan bulan
Maret 2011 dengan memberikan bantuan
modal, bantuan barang, serta pelatihan keterampilan. Selain itu, ada
pula program-program penyelamatan, pemberdayaan,
dan penguatan yang
direalisasikan melalui program
bantuan kesehatan, ekonomi, pendidikan, pembangunan infrastruktur, serta
pembangunan lingkungan. Namun dalam pelaksanaannya Program Gerdu Kempling
dinilai kurang maksimal dan ditemukan banyak persoalan di lapangan. Di
Kecamatan Tugu misalnya, ada kelompok masyarakat yang sama sekali belum pernah
menerima bantuan meski disebut-sebut bakal mendapatkannya. Ada juga yang
menerima, tapi tak sesuai harapan.
Hal tersebut diperkuat dengan hasil kajian Pusat Telaah dan
Informasi Regional (Pattiro) dalam Suara Merdeka (11 Oktober 2012) yang
menyatakan bahwa, Gerdu Kempling memiliki tiga kekurangan. Pertama, tidak ada
sinkronisasi antara program dengan kegiatan. Misalnya bantuan yang seharusnya
berupa teknologi hingga strategi pemasaran ternyata tak diberikan. Kedua, tidak
tepat sasaran. Data nama dan alamat masih sering meleset. Ketiga, program ini
dijalankan tak sesuai kebutuhan.
Permasalahan pelaksanaan program Gerdu Kempling di atas
disebabkan oleh minimnya pendampingan dalam program Gerdu Kempling dan Program
pendampingan juga tidak berkelanjutan. Pembinaan dan pendampingan secara
kontinue dan berfokus pada pengembangan potensi dan karakteristik lokal sangat
penting dalam mensukseskan pelaksanaan Gerdu Kempling. Oleh karena itu, guna
mensukseskan program Gerdu Kempling di Kota Semarang, diperlukan pengkajian
serta evaluasi secara mendalam tentang kegiatan pendampingan dalam pelaksanaan
program Gerdu Kempling di beberapa kelurahan di Kota Semarang.
Kelurahan Karangtempel Kecamatan Semarang Timur merupakan
salah satu kelurahan yang telah tercover
dalam Program Gerdu Kempling 2011. Di kelurahan Karangtempel program Gerdu
Kempling diarahkan pada kegiatan
pendidikan yakni pembinaan rumpin (rumah pintar) dan PAUD,
pelatihan/keterampilan berupa pelatihan menjahit kain perca, serta kegiatan ekonomi
yakni Bantuan rehab warung makan, Wirausaha ternak skala rumah tangga;
Wirausaha roti, Bantuan gerobak nasi kucing. Program kegiatan tersebut
dilakukan dengan kerjasama antara SKPD kelurahan dan kecamatan dengan
pendamping dari IKIP PGRI Semarang, STEKOM, dan CSR Bank BTN dalam rangka upaya
penanggulangan kemiskinan di kelurahan karang tempel.
Berdasarkan kondisi di atas, dan mengingat pentingnya upaya
pembinaan dan pendampingan dalam mensukseskan pelaksanaan Gerdu Kempling, maka dapat
dirumuskan masalah “bagaimanakah pola pendampingan masyarakat penerima program
penanggulangan kemiskinan Gerdu Kempling di Kelurahan Karangtempel Kota
Semarang tahun 2012?”
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Pendampingan
Pendampingan adalah suatu kegiatan pemberdayaan yang
dilakukan bersama – sama antara pendamping dengan yang didampingi. Menurut ISEI
(1998) dalam
Rejeki (2006), pendampingan merupakan sebuah instrumen social engineering dalam praktek pembangunan masyarakat.
Sedangkan menurut Hafidz, dkk, 1995, pendampingan adalah : (a) Memberikan motivasi kepada pihak yang didampingi. (b) Melakukan fasilitasi dan mediasi sumberdaya yang ada di masyarakat. (c) Menyampaikan informasi dari dan kepada pihak yang didampingi. (d) Melakukan advokasi pada kelompok yang didampingi terhadap para pengambil kebijakan atau pembuat regulasi dan stakeholder terkait lainnya.
Menurut Najiyati, dkk. (2005) tujuan pendampingan
pada dasarnya mencakup 2 elemen pokok, yaitu tumbuhnya kemandirian dan
partisipasi aktif masyarakat.
Kemandirian dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu
kemandirian material, intelektual, dan pembinaan. Kemandirian material tidak
sama dengan konsep sanggup mencukupi kebutuhan sendiri. Kemandirian material
adalah kemampuan produktif guna memenuhi kebutuhan materi dasar dan cadangan serta mekanisme
untuk dapat bertahan pada waktu krisis. Kemandirian intelektual adalah
kemampuan pembentukan dasar pengetahuan otonom oleh masyarakat yang
memungkinkan mereka menanggulangi bentuk-bentuk dominasi yang lebih halus dari luar kontrol terhadap pengetahuan itu. Kemandirian
pembinaan adalah kemampuan otonom masyarakat untuk membina diri mereka sendiri,
menjalani, serta mengelola tindakan kolektif agar ada perubahan dalam situasi
kehidupan mereka.
Partisipasi merupakan proses aktif dalam pelaksanaan
kegiatan dan pengambilan keputusan yang dibimbing oleh cara berpikir masyarakat
sendiri, sehingga mereka dapat melakukan kontrol efektif. Partisipasi aktif
merupakan proses pembentukan kekuatan untuk keluar dari masalah yang bertolak
dari kemampuan memutuskan, bertindak, dan berefleksi atas tindakan mereka
sebagai subyek yang sadar. Berbeda dengan partisipasi aktif, dalam partisipasi pasif, masyarakat dilibatkan
dalam tindakan yang telah dipikirkan, dirancang, dan dikontrol oleh orang lain.
Menurut
Suharto (2010) terdapat lima kegiatan penting yang dapat dilakukan
dalam melaksanakan pendampingan yang merupakan aspek
pemberdayaan yaitu:
a.
Motivasi.
Rumah tangga miskin perlu didorong untuk membentuk
kelompok yang merupakan mekanisme kelembagaan untuk mengorganisir dan
melaksanakan kegiatan pengembangan masyarakat di desa atau kelurahannya. Kelompok
ini kemudian dimotivasi untuk terlibat dalam kegiatan peningkatan pendapatan
dengan menggunakan sumber-sumber dan kemampuan-kemampuan mereka sendiri.
b.
Peningkatan kesadaran dan pelatihan kemampuan.
Peningkatan kesadaran masyarakat dapat dicapai melalui
pendidikan dasar, pemasyarakatan imunisasi dan sanitasi. Pelatihan semacam ini
dapat membantu masyarakat miskin untuk menciptakan mata pencaharian sendiri
atau membantu meningkatkan keahlian mereka untuk mencari pekerjaan di luar
wilayahnya.
c.
Manajemen diri.
Kelompok harus mampu memilih pemimpin mereka sendiri
dan mengatur kegiatan mereka sendiri, seperti melaksanakan pertemuan-pertemuan,
melakukan pencatatan dan pelaporan, mengoperasikan tabungan dan kredit,
resolusi konflik dan manajemen kepemilikan masyarakat.
d.
Mobilisasi sumber.
Merupakan sebuah metode untuk menghimpun sumber-sumber
individual melalui tabungan reguler dan sumbangan sukarela dengan tujuan
menciptakan modal sosial. Ide ini didasari pandangan bahwa setiap orang
memiliki sumbernya sendiri yang, jika dihimpun, dapat meningkatkan kehidupan
sosial ekonomi secara substansial.
e. Pembangunan dan pengembangan jaringan.
Pengorganisasian kelompok-kelompok swadaya masyarakat
perlu disertai dengan peningkatan kemampuan para anggotanya membangun dan
mempertahankan jaringan dengan berbagai sistem sosial di sekitarnya. Jaringan
ini sangat penting dalam menyediakan dan mengembangkan berbagai akses terhadap
sumber dan kesempatan bagi peningkatan keberdayaan masyarakat miskin.
Program
Penanggulangan Kemiskinan Gerdu Kempling
Gerdu Kempling mengandung filosofi pos/tempat yang bersih, cemerlang melalui: hati dan pikiran
bersih dalam melaksanakan program pembangunan, khususnya dalam melaksanakan
Program Pengentasan Kemiskinan di Kota Semarang. Disebut Gerdu dengan arti
sebagai pos atau tempat. Sedang kempling dalam bahasa Jawa berarti bersinar atau
mengkilat.
Gerdu Kempling merupakan singkatan dari Gerakan
Terpadu Kesehatan, Ekonomi, Pendidikan,
Infrastruktur, Lingkungan. Penjabarannya, merupakan Gerakan Terpadu yang
melibatkan seluruh stakeholder dalam hal ini Pemkot, Perguruan Tinggi, BUMN, Perusahaan
Swasta, Perbankan yang bersama-sama bersinergi mengatasi persoalan
kemiskinan mencakup segala aspek dan
terangkum dalam 5 bidang, yaitu Kesehatan, Ekonomi, Pendidikan, Infrastruktur,
dan Lingkungan ( Djannata dan Atmanti,
2011).
Tujuan program Gerdu Kempling antara lain (Pemkot
Semarang, 2012):
a. Sebagai
strategi percepatan penanggulangan kemiskinan di kota semarang dengan
mensinergikan program pemerintah kota dengan stakeholder yang ada yaitu PTN dan PTS, LSM, perbankan, BUMN,
tokoh masyarakat, dan para konglomerat / pengusaha;
b. Guna
mengoptimalkan seluruh potensi yang ada di
kota semarang dalam percepatan
penanggulangan kemiskinan sehingga tujuan dan sasaran program
penanggulangan kemiskinan dapat
tercapai secara efisien
dan efektif;
c. Guna
meminimalkan hambatan dan permasalahan dalam mempercepat pencapaian program
pengentasan kemiskinan yang terpadu, terintregrasi, sinergi serta,
berkelanjutan
Program Gerdu Kempling dilaksanakan dengan memberikan bantuan modal, bantuan barang, serta pelatihan keterampilan. Selain itu, ada
pula program-program penyelamatan,
pemberdayaan, dan penguatan
yang direalisasikan melalui program bantuan kesehatan, ekonomi,
pendidikan, pembangunan infrastruktur, serta pembangunan lingkungan.
Sumber : Pemerintah Kota Semarang, 2011 |
Pola Pendampingan Program
Penanggulangan Kemiskinan Gerdu Kempling
Menurut
kamus umum
bahasa Indonesia, Pola berarti gambar, contoh dan model (Poerdarminta, 1976:
763).
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa istilah pola
pendampingan adalah sebuah gambaran, contoh dan model yang digunakan dalam kegiatan
pendampingan. Dalam penelitian ini, kegiatan pendampingan yang dimaksud adalah kegiatan
pendampingan dalam program Gerdu Kempling. Maksudnya adalah gambaran, contoh
dan model yang digunakan dalam kegiatan pendampingan dalam program Gerdu
Kempling.
Menurut Djannata (2012) program penanggulangan kemiskinan
dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat menggunakan
pola pendekatan Tri Daya untuk membantu mengatasi masalah kemiskinan. Tiga
aspek yang diberdayakan pertama adalah manusianya (human) dulu, kemudian yang
kedua adalah lingkungannya (environment), dan baru yang ketiga usahanya
(business).
1. Pemberdayaan
Manusia (Daya Sosial)
a. Pelatihan
/ keterampilan
b. Pelayanan
pendidikan dan kesehatan
c. Penyuluhan
dan pembinaan rohani
2. Pemberdayaan
Lingkungan (Daya Lingkungan)
a. Pembangunan
MCK
b. Pembangunan
jalan lingkungan
c. Penyediaan
sarana air bersih
d. Pemugaran
permukiman
e. Sanitasi
lingkungan
3. Pemberdayaan
Usaha (Daya Ekonomi)
a. Bantuan
modal bagi usaha mikro dan kecil
b. Bantuan
modal usaha bidang pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan.
c. Bantuan
peralatan teknologi tepat guna (TTG)
METODOLOGI PENELITIAN
Sesuai dengan masalah yang dipaparkan,maka
pendekatan penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Gejala
ataupun fenomena yang dimaksud adalah pola pendampingan masyarakat penerima
program penanggulangan kemiskinan Gerdu Kempling di Kelurahan Karangtempel Kota
Semarang tahun 2012.
Subjek Penelitian, dalam penelitian ini yang
dijadikan subjek adalah:
a. Kepala Kelurahan Karang Tempel
b. Perangkat kelurahanKarang Tempel
c. Ketua RT/RW setempat
d. Masyakarat penerima bantuan Gerdu Kempling di
Kelurahan Karang Tempel.
Fokus atau titik perhatian dalam penelitian ini
adalah pola pendampingan masyarakat penerima program penanggulangan kemiskinan
Gerdu Kempling di Kelurahan Karangtempel Kota Semarang tahun 2012. Adapun indikatornya sebagai berikut: (1) Motivasi, (2) Peningkatan
kesadaran dan pelatihan kemampuan, (3) Manajemen diri, (4) Mobilisasi
sumber, (5) Pembangunan dan pengembangan jaringan. Lokasi yang menjadi obyek penelitian ini adalah
Kelurahan Karangtempel Kota Semarang.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara
langsung dari responden,yaitu data tentang pola
pendampingan masyarakat penerima program penanggulangan kemiskinan Gerdu
Kempling di Kelurahan Karangtempel Kota Semarang tahun 2012.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang mendukung dari data
primer yaitu data yang langsung didapat dilapangan.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini antara
lain :
a. Wawancara
Dalam wawancara ini peneliti langsung mendapatkan
informasi dari informan,yaitu dari
Kepala Kelurahan Karang Tempel, Perangkat kelurahan Karang Tempel, Ketua RT/RW setempat, Masyakarat penerima
bantuan Gerdu Kempling di Kelurahan Karang Tempel.
b. Observasi
Dalam penelitian ini mengadakan penyelidikan
terhadap pola pendampingan masyarakat penerima program penanggulangan
kemiskinan Gerdu Kempling di Kelurahan Karangtempel Kota Semarang tahun 2012.
c. Dokumentasi
Yang di jadikan dokumentasi dalam penelitian
ini,seperti foto-foto pada saat pendampingan masyarakat penerima program
penanggulangan kemiskinan Gerdu Kempling di Kelurahan Karangtempel Kota
Semarang tahun 2012.
Untuk memberi pemaknaan atas data
atau fenomena yang ditemukan dan dikumpulkan dalam penelitian ini maka
dilakukan analisis dengan pendekatan kualitatif dengan eksplanasi bersifat
deskriptif.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Jenis, Penyelenggara, dan Karakteristik Masyarakat Penerima
Program Penanggulangan Kemiskinan Gerdu Kempling
No.
|
Jenis Program yang diberikan
|
Penyelenggara Program
|
Mayarakat penerima Program
|
|
Nama/Usia/Alamat
|
Pekerjaan Awal
|
|||
1.
|
Pelatihan
Menjahit Kerajinan Kain Perca
|
Kelurahan
Karang Tempel
|
25 Kelompok
: @50 orang.
1) Lisyane(45 th)/ Jl. Nias II/14 RT 03/RW IV
2) Ribet Maryati (39 th)/ Jl. Nias No. 10 RT
03/RW IV
3) Muwanti (59 th)/ Jl. Krakatau IV/11 A RT
02/RW I
4) Kasmari (45 th)/ Jl. Krakatau II/ 11A Rt
02/RW I
5) dll.
|
1) Jasa/ Pembantu RT
2) Tidak Bekerja
3) Jasa/Kuli/ Serabutan
4) Pedagang
5) dll.
|
2.
|
Kursus Setir
Mobil
|
IKIP PGRI
Semarang Bersama Lantas Semarang
|
4 orang
1) Agus Subiyanto (44 th)/ Jl. Hiri II/2 Rt
05/Rw III
2) dll.
|
1) Jasa/ Kuli/ Serabutan
2) dll.
|
3.
|
Pelatiha
Wirausaha Tanaman Hias dan Kompos
|
IKIP PGRI
Semarang
|
9 orang
1) Rustanto (36 th)/ Jl. Hasil I/11 Rt 05/Rw
II
2) dll.
|
1) Tukang Batu/ Tukang Kayu
2) dll.
|
4.
|
Wirausaha
Ternak Berskala Rumah Tangga
|
IKIP PGRI
Semarang
|
5 orang
1) Slamet Hastanto (28 th) /Jl Hasil I/1 RW
III
2) dll.
|
1) Tidak Bekerja
2) dll.
|
5.
|
Wirausaha
Kesenian
|
IKIP PGRI
Semarang
|
6 orang
1) Sigit Prasojo (30 th)/ Jl. Hasil Raya 22 Rt
06/Rw III
2) dll.
|
1) Buruh/ Pesuruh/ Pelayan
2) dll.
|
6.
|
Pelatihan
Perbengkelan Sepeda Motor
|
IKIP PGRI
Semarang
|
5 orang
1) Wahyu Aristiono (31 th)/ Jl. Taman Irian/16
Rt 08/Rw III
2) dll.
|
1) Buruh/ Pesuruh/ Pelayan
2) dll.
|
7.
|
Pelatihan
Ketrampilan Komputer
|
IKIP PGRI
Semarang
|
5 orang
1) Tintia May Cristhina (22 th)/ Jl. Taman
Irian No. 18 Rt 08/Rw III
2) dll.
|
1) Belum Bekerja
2) dll.
|
8.
|
Wirausaha
Boga
|
IKIP PGRI
Semarang
|
15 orang
1) Astuti
(54 th)/ Jl. Hasil Raya No. 10/RW III
2) Tommy Sulistyono (29 th)/ Jl. Hasil I/2 RT
07/RW III
3) Basinem (55 th)/ Jl. Hasil Raya 22 RT 06/RW
III
4) dll.
|
1) Jasa/Kuli/ Serabutan
2) Pemungut sampah kelurahan
3) Pedagang
4) dll.
|
9.
|
Rehab
Sanitasi Warga
|
STEKOM
|
2 kelompok :
2 RT
|
-
|
Kesembilan jenis program gerdu kempling di atas menggunakan pola pendekatan Tri Daya (tiga
aspek pemberdayaan) untuk membantu mengatasi masalah kemiskinan. Tiga aspek pemberdayaan yang
dilakukan meliputi pemberdayaan: (1) Manusia (Daya Sosial ); (2) Lingkungan
(Daya Lingkungan), dan (3) Pemberdayaan Usaha (Daya Ekonomi). Secara lengkap, tiga aspek pemberdayaan
meliputi program-program:
a.
Pemberdayaan manusia, dalam program
penanggulangan kemiskinan gerdu kempling di kelurahan karang tempel diwujudkan
dalam kegiatan yakni berupa
1)
pelatihan/keterampilan menjahit kain perca,
2)
kursus setir mobil,
3)
pelatihan ketrampilan komputer.
b. Pemberdayaan
lingkungan,
dalam program penanggulangan kemiskinan gerdu kempling di kelurahan
karang tempel diwujudkan dalam kegiatan yakni berupa:
1)
rehab sanitasi warga,
2) Pelatihan
wirausaha tanaman hias dan kompos,
c. Pemberdayaan
Usaha, dalam program penanggulangan kemiskinan gerdu kempling di kelurahan
karang tempel diwujudkan dalam beberapa kegiatan yakni berupa:
1) Wirausaha
ternak berskala rumah tangga
2) Wirausaha
kesenian
3) Wirausaha
boga
Pola Pendampingan Masyarakat Penerima Program Penanggulangan
Kemiskinan Gerdu Kempling di Kelurahan
Karangtempel Kota Semarang tahun 2012
Berdasarkan
wawancara dengan Kepala Kelurahan Karang Tempel serta wawancara dengan masyarakat penerima Program Gerdu
Kempling tahun 2012 di RW III, I, dan RW IV Kelurahan Karang Tempel tentang
pola pendampingan Masyarakat Penerima Program Gerdu Kempling dapat terlihat
dalam pola sebagai berikut.
a. Motivasi
Pola
pendampingan kepada masyarakat penerima gerdu kempling di kelurahan karang
tempel dilakukan dengan memberikan motivasi-motivasi kepada masyarakat penerima
bantuan atau program tersebut untuk terlibat dalam kegiatan peningkatan
pendapatan dengan menggunakan sumber-sumber dan kemampuan-kemampuan mereka
sendiri, tetapi tidak memberikan pendampingan secara finasial karena memang
tidak ada anggaran untuk pemberian pendampingan masyarakat penerima program
gerdu kempling.
b. Peningkatan kesadaran dan
pelatihan kemampuan
Pola
pendampingan masyarakat penerima program gerdu kempling di kelurahan karang
tempel berikutnya adalah dengan melakukan peningkatan kesadaran dan pelatihan
kemampuan-kemampuan seperti keterampilan menjahit namun masih ada beberapa
kendala karena pelatihan yang diberikan hanya selama satu minggu. Singkatnya
pelatihan yang diberikan maka hasil kemampuan dan keterampilan menjahit yang
diperoleh belum mahir. Meskipun singkat tetapi ada masyarakat peserta pelatihan
menjahit yang mampu mahir menjahit, namun belum berani untuk membuat usaha
sendiri karena tidak adanya modal serta bantuan mesin jahit yang diberikan
kondisinya rusak.
c. Manajemen diri
Pola
pendampingan manajemen diri belum dilaksanakan kepada masyarakat penerima
program gerdu kempling, karena dari beberapa masyarakat belum bisa mengatur kegiatan mereka sendiri
untuk mengembangkan usaha sesuai dengan program bantuan yang diberikan. Kondisi
ini disebabkan beberapa masyarakat penerima bantuan memiliki pekerjaan sendiri
yang lain. Kondisi serupa juga terjadi
pada masyarakat penerima program bantuan gerdu kempling berupa oven untuk usaha
roti.
d. Mobilisasi sumber.
Pola
pendampingan mobilisasi sumber belum dilaksanakan kepada masyarakat penerima
program gerdu kempling, karena dari beberapa masyarakat belum bisa untuk menghimpun sumber-sumber
individual melalui tabungan reguler dan sumbangan sukarela dengan tujuan
menciptakan modal usaha. Kondisi serupa juga terjadi pada masyarakat penerima
program bantuan gerdu kempling berupa mesin jahit yang belum mampu untuk
membuat usaha karena kondisi mesin jahit rusak.
e. Pembangunan dan pengembangan
jaringan.
Pola pendampingan Pembangunan
dan pengembangan jaringan belum dilaksanakan kepada masyarakat penerima program
gerdu kempling, karena dari beberapa masyarakat
belum ada peningkatan kemampuan para anggotanya membangun dan
mempertahankan jaringan dengan berbagai sistem sosial di sekitarnya untuk
menyediakan dan mengembangkan usaha dan berbagai akses terhadap sumber dan
kesempatan bagi peningkatan usaha. Kondisi serupa juga terjadi pada masyarakat
penerima program bantuan gerdu kempling berupa oven untuk usaha roti yang belum
berani untuk mengembangkan jaringan atau kerjasama dengan pengusaha roti di
sekitar wilayahnya. Meskipun demikian, sebetulnya ada beberapa masyarakat
penerima bantuan yang ingin mengembangkan usaha dengan pihak lain namun
terkendala minimnya kemampuan membangun jaringan serta keterbatasan modal dan
sarana.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka
dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
- Program Gerdu Kempling tahun 2012 di RW III, I, dan RW IV Kelurahan Karang Tempel menggunakan pola pendekatan Tri Daya Tiga aspek pemberdayaan yang dilakukan meliputi pemberdayaan: (a) Pemberdayaan manusia; (b) Pemberdayaan lingkungan; dan(c) Pemberdayaan Usaha.
- Pola pendampingan masyarakat penerima program gerdu kempling di kelurahan karang tempel yang paling dominan adalah dengan melakukan dua kegiatan yakni 1) motivasi, dan 2) Peningkatan kesadaran dan pelatihan kemampuan. Sedangkan pendampingan yang masih kurang atau belum dilaksanakan adalah melalui kegiatan 1) Manajemen diri, 2) Mobilisasi sumber, 3) Pembangunan dan pengembangan jaringan.
Saran
- Pemberian Pelatihan keterampilan yang secara tuntas akan menghasilkan kompetensi dan keterampilan masyarakat dalam mengembangkan usaha dalam program gerdu kempling. Penyeleksian dan survey kondisi masyarakat sangat dibutuhkan agar pemberian program bantuan gerdukempling dapat tepat sasaran.
- Perlunya pendampingan yang massif oleh seluruh seluruh stakeholder kepada masyarakat penerima program gerdu kempling di kelurahan karangtempel agar program penanggulangan kemiskinan gerdukempling dapat berhasil menurunkan angka kemiskinan di kelurahan gerdu kempling.
DAFTAR PUSTAKA
Budihardjo. 2011. Inovasi Kota Semarang untuk pengentasan kemiskinan. http://krisbudi.blogspot.com/2011/11/inovasi-kota-semarang-untuk-pengentasan.html. Diakses pada 25 Nopember
2011.
Djamal, Chamsiah, dkk. 1994.Panduan Tenaga Pendamping
Lapangan (TPL) Perempuan. Jakarta: Pusat Pengembangan Sumberdaya Wanita.
Djannata, Andika Azzi. 2012. “Analisis
program-program Penanggulangan kemiskinan menurut SKPD (Satuan Kerja Perangkat
Daerah) Di Kota Semarang dengan Metode Analisis Hierarki Proses (AHP)”. Skripsi.Program Studi Ilmu
Ekonomi dan Studi Pembangunan. Universitas Diponegoro.
Djannata dan Atmanti, 2011. “Analisis Program-Program
Penanggulangan Kemiskinan menurut SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) di Kota
Semarang dengan Metode AHP (Analisis Hierarki Proses) (Studi Kasus: Kota
Semarang Tahun 2011)” Jurnal. Program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan.
Universitas Diponegoro.
Fatmasari, Dini Sapta Wulan. 2007. “Analisis Potensi Pertumbuhan Ekonomi
di kota Tangerang (Pendekatan Model Basis Ekonomi)”. Skripsi Tidak
Dipublikasikan. Ekonomi Pembangunan. Universitas Negeri Semarang.
Hatu, Rauf A. 2010. “Pemberdayaan dan Pendampingan
Sosial dalam Masyarakat (suatu Kajian teoretis)” dalam INOVASI, Volume 7, Nomor
4, Desember 2010
Moleong, Lexy J.2000.Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Najiyati, Sri, dkk. 2005.Pemberdayaan Masyarakat di Lahan Gambut. Bogor: Wetlands
International – IPS.
Pantjar Simatupang dan Saktyanu K. Dermoredjo. 2003. “Produksi Domestik
Bruto, Harga dan Kemiskinan”. Media Ekonomi dan keuangan Indonesia, Vol.51,
No.3, Hal.191-324.
Pemerintah Kota Semarang. 2012. “Program Pemerintah Kota Semarang
berkaitan dengan Masyarakat Miskin”. Presentasi Sosialisasi Gerdu Kempling,
Senin 17 September 2012.
Poerdarminta.1976. Kamus Umum
Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas.
Prima Sukmaraga. 2011. “Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia,
PDRB per Kapita dan Jumlah Pengangguran Terhadap Jumlah Penduduk Miskin di
Provinsi Jawa Tengah”. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan. Universitas Diponegoro.
Rejeki, Dwi Prawani Sri. 2006. “Analisis Penanggulangan Kemiskinan
Melalui Implementasi Program P2KP Di
Kota Semarang (Studi Kasus Di kelurahan Purwoyoso Kecamatan Ngaliyan Kota
semarang Tahun 2002-2003)”. Tesis.Magister Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan.
Universitas Diponegoro.
Suara Merdeka. 8 Oktober 2012.“Gerdu Kempling Belum Maksimal”. www.suaramerdeka.com. Diakses pada
tanggal 5 Nopember 2012.
Suara Merdeka. 11 Oktober 2012.“Kontinuitas Program Gerdu Kempling”.www.suaramerdeka.com. Diakses pada
tanggal 15 Nopember 2012.
Setiawan, Achma Hendra. 2011. Perekonomian Indonesia. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Suharto, Edy. 2010. “Pendampingan Sosial dalam
Pemberdayaan Masyarakat Miskin: Konsepsi dan Strategi”. Makalah disampaikan
pada proyek uji coba model pemandu di Lampung, Jateng dan NTB.
Tambunan, Tulus. 1998.Ekonomi Pembangunan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Wardah Hafidz.
1995. Tenaga Pendamping Lapangan (TPL) Perempuan : Peran Strategis Namun
Marjinal. Jakarta: Pusat Pengembangan Sumberdaya Wanita.