Jumat, 31 Mei 2013

ARTIKEL GERDU KEMPLING



POLA PENDAMPINGAN MASYARAKAT PENERIMA PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN GERDU KEMPLING DI KELURAHAN KARANGTEMPEL
KOTA SEMARANG TAHUN 2012
Oleh:
Rosalina Ginting, Titik Haryati, Suwarno Widodo, Noor Rochman

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi adanya pelaksanaan Program Gerdu Kempling yang dinilai kurang maksimal dan ditemukan banyak persoalan di lapangan antara lain:  Pertama, tidak ada sinkronisasi antara program dengan kegiatan, Kedua, tidak tepat sasaran, Ketiga, program ini dijalankan tak sesuai kebutuhan.  Hal ini disebabkan oleh minimnya pendampingan dalam program Gerdu Kempling dan Program pendampingan juga tidak berkelanjutan. Rumusan masalah “Bagaimanakah pola pendampingan masyarakat penerima program penanggulangan kemiskinan Gerdu Kempling di Kelurahan Karangtempel Kota Semarang tahun 2012?”. Tujuan penelitian: untuk mengetahui pola pendampingan masyarakat penerima program penanggulangan kemiskinan Gerdu Kempling di Kelurahan Karangtempel Kota Semarang tahun 2012.
Jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, dilaksanakan di Kelurahan Karangtempel Kota Semarang. Fokus atau titik perhatian dalam penelitian ini adalah pola pendampingan masyarakat penerima program penanggulangan kemiskinan Gerdu Kempling di Kelurahan Karangtempel Kota Semarang tahun 2012 dengan  indikator sebagai berikut: (1) Motivasi, (2) Peningkatan kesadaran dan pelatihan kemampuan, (3) Manajemen diri, (4) Mobilisasi sumber, (5) Pembangunan dan pengembangan jaringan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dikumentasi. Teknik analisis data dengan pendekatan kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola pendampingan kepada masyarakat penerima gerdu kempling di kelurahan karang tempel dilakukan cara dengan memberikan motivasi dan peningkatan kesadaran dan pelatihan kemampuan. Pendampingan kepada masyarakat penerima bantuan atau program tersebut berupa pemberian motivasi nonfinansial karena tidak ada anggaran untuk pemberian pendampingan masyarakat penerima program gerdu kempling. Kesimpulan: pola pendampingan masyarakat penerima program gerdu kempling di kelurahan karang tempel yang paling dominan adalah dengan melakukan dua kegiatan yakni 1) motivasi, dan 2)  Peningkatan kesadaran dan pelatihan kemampuan. Sedangkan pendampingan yang masih kurang atau belum dilaksanakan adalah melalui kegiatan 1) Manajemen diri, 2) Mobilisasi sumber, 3) Pembangunan dan pengembangan jaringan. Saran: Perlunya pendampingan yang massif oleh seluruh seluruh stakeholder kepada masyarakat penerima program gerdu kempling di kelurahan karangtempel agar program penanggulangan kemiskinan gerdukempling dapat berhasil menurunkan angka kemiskinan di kelurahan gerdu kempling.

 Kata kunci: pola, pendampingan, gerdu kempling


PENDAHULUAN
Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh rakyat sebagai wujud peningkatan kesejahteraan lahir dan batin secara adil dan merata (Fatmasari, 2007). Salah satu  indikator utama keberhasilan pembangunan adalah laju penurunan jumlah penduduk miskin (Simatupang dan Saktyanu K. Dermoredjo, 2003). Oleh karena itu, pemerintah pusat maupun pemerintah daerah  wajib memprioritaskan pembangunannya dalam upaya meningkatkan kesejahteraan dan penanggulangan kemiskinan.
Salah satu upaya Pemerintah Kota Semarang untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan (strategi percepatan penanggulangan kemiskinan terpadu) yaitu melalui program GERDU KEMPLING (Gerakan Terpadu Di Bidang Kesehatan, Ekonomi, Pendidikan, Infrastruktur dan Lingkungan). Program Gerdu Kempling merupakan Gerakan Terpadu yang melibatkan seluruh stakeholder dalam hal ini Pemkot, Perguruan Tinggi, BUMN, Perusahaan Swasta, Perbankan yang bersama-sama bersinergi mengatasi persoalan kemiskinan  mencakup segala aspek dan terangkum dalam 5 bidang, yaitu Kesehatan, Ekonomi, Pendidikan, Infrastruktur, dan Lingkungan.
Program  Gerdu  Kempling mulai dilaksanakan  bulan Maret 2011 dengan  memberikan bantuan modal,  bantuan barang,  serta pelatihan keterampilan. Selain itu, ada pula program-program  penyelamatan,  pemberdayaan,  dan  penguatan  yang  direalisasikan  melalui program bantuan kesehatan, ekonomi, pendidikan, pembangunan infrastruktur, serta pembangunan lingkungan. Namun dalam pelaksanaannya Program Gerdu Kempling dinilai kurang maksimal dan ditemukan banyak persoalan di lapangan. Di Kecamatan Tugu misalnya, ada kelompok masyarakat yang sama sekali belum pernah menerima bantuan meski disebut-sebut bakal mendapatkannya. Ada juga yang menerima, tapi tak sesuai harapan.
Hal tersebut diperkuat dengan hasil kajian Pusat Telaah dan Informasi Regional (Pattiro) dalam Suara Merdeka (11 Oktober 2012) yang menyatakan bahwa, Gerdu Kempling memiliki tiga kekurangan. Pertama, tidak ada sinkronisasi antara program dengan kegiatan. Misalnya bantuan yang seharusnya berupa teknologi hingga strategi pemasaran ternyata tak diberikan. Kedua, tidak tepat sasaran. Data nama dan alamat masih sering meleset. Ketiga, program ini dijalankan tak sesuai kebutuhan.
Permasalahan pelaksanaan program Gerdu Kempling di atas disebabkan oleh minimnya pendampingan dalam program Gerdu Kempling dan Program pendampingan juga tidak berkelanjutan. Pembinaan dan pendampingan secara kontinue dan berfokus pada pengembangan potensi dan karakteristik lokal sangat penting dalam mensukseskan pelaksanaan Gerdu Kempling. Oleh karena itu, guna mensukseskan program Gerdu Kempling di Kota Semarang, diperlukan pengkajian serta evaluasi secara mendalam tentang kegiatan pendampingan dalam pelaksanaan program Gerdu Kempling di beberapa kelurahan di Kota Semarang.
Kelurahan Karangtempel Kecamatan Semarang Timur merupakan salah satu kelurahan yang telah  tercover dalam Program Gerdu Kempling 2011. Di kelurahan Karangtempel program Gerdu Kempling diarahkan  pada kegiatan pendidikan yakni pembinaan rumpin (rumah pintar) dan PAUD, pelatihan/keterampilan berupa pelatihan menjahit kain perca, serta kegiatan ekonomi yakni Bantuan rehab warung makan, Wirausaha ternak skala rumah tangga; Wirausaha roti, Bantuan gerobak nasi kucing. Program kegiatan tersebut dilakukan dengan kerjasama antara SKPD kelurahan dan kecamatan dengan pendamping dari IKIP PGRI Semarang, STEKOM, dan CSR Bank BTN dalam rangka upaya penanggulangan kemiskinan di kelurahan karang tempel.
Berdasarkan kondisi di atas, dan mengingat pentingnya upaya pembinaan dan pendampingan dalam mensukseskan pelaksanaan Gerdu Kempling, maka dapat dirumuskan masalah “bagaimanakah pola pendampingan masyarakat penerima program penanggulangan kemiskinan Gerdu Kempling di Kelurahan Karangtempel Kota Semarang tahun 2012?”


TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Pendampingan
Pendampingan adalah suatu kegiatan pemberdayaan yang dilakukan bersama – sama antara pendamping dengan yang didampingi. Menurut ISEI (1998) dalam Rejeki (2006), pendampingan merupakan sebuah instrumen social engineering dalam praktek pembangunan masyarakat. Sedangkan menurut Hafidz, dkk, 1995, pendampingan adalah : (a) Memberikan motivasi kepada pihak yang didampingi. (b) Melakukan fasilitasi dan mediasi sumberdaya yang ada di masyarakat. (c) Menyampaikan informasi dari dan kepada pihak yang didampingi. (d) Melakukan advokasi pada kelompok yang didampingi terhadap para pengambil kebijakan atau pembuat regulasi dan stakeholder terkait lainnya.
Menurut Najiyati, dkk. (2005) tujuan pendampingan pada dasarnya mencakup 2 elemen pokok, yaitu tumbuhnya kemandirian dan partisipasi aktif masyarakat.
Kemandirian dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu kemandirian material, intelektual, dan pembinaan. Kemandirian material tidak sama dengan konsep sanggup mencukupi kebutuhan sendiri. Kemandirian material adalah kemampuan produktif guna memenuhi kebutuhan  materi dasar dan cadangan serta mekanisme untuk dapat bertahan pada waktu krisis. Kemandirian intelektual adalah kemampuan pembentukan dasar pengetahuan otonom oleh masyarakat yang memungkinkan mereka menanggulangi bentuk-bentuk dominasi yang lebih halus dari  luar kontrol terhadap pengetahuan itu. Kemandirian pembinaan adalah kemampuan otonom masyarakat untuk membina diri mereka sendiri, menjalani, serta mengelola tindakan kolektif agar ada perubahan dalam situasi kehidupan mereka.
Partisipasi merupakan proses aktif dalam pelaksanaan kegiatan dan pengambilan keputusan yang dibimbing oleh cara berpikir masyarakat sendiri, sehingga mereka dapat melakukan kontrol efektif. Partisipasi aktif merupakan proses pembentukan kekuatan untuk keluar dari masalah yang bertolak dari kemampuan memutuskan, bertindak, dan berefleksi atas tindakan mereka sebagai subyek yang sadar. Berbeda dengan partisipasi aktif, dalam  partisipasi pasif, masyarakat dilibatkan dalam tindakan yang telah dipikirkan, dirancang, dan dikontrol oleh orang lain.
Menurut  Suharto (2010) terdapat lima kegiatan penting yang dapat dilakukan dalam  melaksanakan  pendampingan yang merupakan aspek pemberdayaan yaitu:
a.    Motivasi.
Rumah tangga miskin perlu didorong untuk membentuk kelompok yang merupakan mekanisme kelembagaan untuk mengorganisir dan melaksanakan kegiatan pengembangan masyarakat di desa atau kelurahannya. Kelompok ini kemudian dimotivasi untuk terlibat dalam kegiatan peningkatan pendapatan dengan menggunakan sumber-sumber dan kemampuan-kemampuan mereka sendiri.
b.    Peningkatan kesadaran dan pelatihan kemampuan.
Peningkatan kesadaran masyarakat dapat dicapai melalui pendidikan dasar, pemasyarakatan imunisasi dan sanitasi. Pelatihan semacam ini dapat membantu masyarakat miskin untuk menciptakan mata pencaharian sendiri atau membantu meningkatkan keahlian mereka untuk mencari pekerjaan di luar wilayahnya.
c.    Manajemen diri.
Kelompok harus mampu memilih pemimpin mereka sendiri dan mengatur kegiatan mereka sendiri, seperti melaksanakan pertemuan-pertemuan, melakukan pencatatan dan pelaporan, mengoperasikan tabungan dan kredit, resolusi konflik dan manajemen kepemilikan masyarakat.
d.   Mobilisasi sumber.
Merupakan sebuah metode untuk menghimpun sumber-sumber individual melalui tabungan reguler dan sumbangan sukarela dengan tujuan menciptakan modal sosial. Ide ini didasari pandangan bahwa setiap orang memiliki sumbernya sendiri yang, jika dihimpun, dapat meningkatkan kehidupan sosial ekonomi secara substansial.
 e.  Pembangunan dan pengembangan jaringan.
Pengorganisasian kelompok-kelompok swadaya masyarakat perlu disertai dengan peningkatan kemampuan para anggotanya membangun dan mempertahankan jaringan dengan berbagai sistem sosial di sekitarnya. Jaringan ini sangat penting dalam menyediakan dan mengembangkan berbagai akses terhadap sumber dan kesempatan bagi peningkatan keberdayaan masyarakat miskin.

Program Penanggulangan Kemiskinan Gerdu Kempling
Gerdu Kempling mengandung filosofi pos/tempat yang  bersih, cemerlang melalui: hati dan pikiran bersih dalam melaksanakan program pembangunan, khususnya dalam melaksanakan Program Pengentasan Kemiskinan di Kota Semarang. Disebut Gerdu dengan arti sebagai pos atau tempat. Sedang kempling dalam bahasa Jawa berarti bersinar atau mengkilat.
Gerdu Kempling merupakan singkatan dari Gerakan Terpadu  Kesehatan, Ekonomi, Pendidikan, Infrastruktur, Lingkungan. Penjabarannya, merupakan Gerakan Terpadu yang melibatkan seluruh stakeholder dalam hal ini Pemkot, Perguruan Tinggi, BUMN, Perusahaan Swasta, Perbankan yang bersama-sama bersinergi mengatasi persoalan kemiskinan  mencakup segala aspek dan terangkum dalam 5 bidang, yaitu Kesehatan, Ekonomi, Pendidikan, Infrastruktur, dan Lingkungan ( Djannata dan  Atmanti, 2011).
Tujuan program Gerdu Kempling antara lain (Pemkot Semarang, 2012):
a.    Sebagai strategi percepatan penanggulangan kemiskinan di kota semarang dengan mensinergikan program pemerintah kota dengan stakeholder yang  ada yaitu PTN dan PTS, LSM, perbankan, BUMN, tokoh masyarakat, dan para konglomerat / pengusaha;
b.  Guna mengoptimalkan seluruh potensi yang ada di  kota  semarang dalam percepatan penanggulangan kemiskinan sehingga tujuan dan sasaran  program  penanggulangan kemiskinan dapat  tercapai  secara  efisien  dan  efektif;
c.    Guna meminimalkan hambatan dan permasalahan dalam mempercepat pencapaian program pengentasan kemiskinan yang terpadu, terintregrasi, sinergi serta, berkelanjutan
Program  Gerdu  Kempling dilaksanakan dengan  memberikan bantuan modal,  bantuan barang,  serta pelatihan keterampilan. Selain itu, ada pula program-program penyelamatan,  pemberdayaan,  dan  penguatan  yang  direalisasikan  melalui program bantuan kesehatan, ekonomi, pendidikan, pembangunan infrastruktur, serta pembangunan lingkungan.
Adapun alur program Gerdu Kempling Pemerintah Kota Semarang, dapat digambarkan sebagai berikut:

Sumber : Pemerintah Kota Semarang, 2011

Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa tahapan proses pelaksanaan program Gerdu Kempling, antara lain : 1) Aparat pemkot melakukan survey pendataan warga miskin; 2) Pelibatan unsur pengusaha, akademisi, perbankan, BUMN, perguruan tinggi swasta dan negeri serta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang ada di kota Semarang untuk melakukan pendampingan dalam kegiatan “rembug warga”; 3) bersama warga, SKPD teknis, swasta dan perguruan tinggi kemudian mengidentifikasi/ memetakan masalah “Kempling” (Kesehatan, Ekonomi, Pendidikan, Infrastruktur dan Lingkungan); 4) Memprioritaskan program dan sasaran warga penerima gerdu kempling sesuai dengan pengembangan potensi dan karakteristik lokal; 5) Menghasilkan dan melaksanakan program kegiatan Gerdu Kempling dengan target menurunkan angka kemiskinan di kelurahan; 6) Monitoring dan Evaluasi; 7) tinjak lanjut atau Feedback.

Pola Pendampingan Program Penanggulangan Kemiskinan Gerdu Kempling
Menurut kamus umum bahasa Indonesia, Pola berarti gambar, contoh dan model (Poerdarminta, 1976: 763).
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa istilah pola pendampingan adalah sebuah gambaran, contoh dan model yang digunakan dalam kegiatan pendampingan. Dalam penelitian ini, kegiatan pendampingan yang dimaksud adalah kegiatan pendampingan dalam program Gerdu Kempling. Maksudnya adalah gambaran, contoh dan model yang digunakan dalam kegiatan pendampingan dalam program Gerdu Kempling.
Menurut Djannata (2012) program penanggulangan kemiskinan dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat  menggunakan pola pendekatan Tri Daya untuk membantu mengatasi masalah kemiskinan. Tiga aspek yang diberdayakan pertama adalah manusianya (human) dulu, kemudian yang kedua adalah lingkungannya (environment), dan baru yang ketiga usahanya (business).
1.    Pemberdayaan Manusia (Daya Sosial)
a.    Pelatihan / keterampilan
b.    Pelayanan pendidikan dan kesehatan
c.    Penyuluhan dan pembinaan rohani
2.    Pemberdayaan Lingkungan (Daya Lingkungan)
a.    Pembangunan MCK
b.    Pembangunan jalan lingkungan
c.    Penyediaan sarana air bersih
d.   Pemugaran permukiman
e.    Sanitasi lingkungan
3.    Pemberdayaan Usaha (Daya Ekonomi)
a.    Bantuan modal bagi usaha mikro dan kecil
b.    Bantuan modal usaha bidang pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan.
c.    Bantuan peralatan teknologi tepat guna (TTG)

METODOLOGI PENELITIAN
Sesuai dengan masalah yang dipaparkan,maka pendekatan penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Gejala ataupun fenomena yang dimaksud adalah pola pendampingan masyarakat penerima program penanggulangan kemiskinan Gerdu Kempling di Kelurahan Karangtempel Kota Semarang tahun 2012.
Subjek Penelitian, dalam penelitian ini yang dijadikan subjek adalah:
a.    Kepala Kelurahan Karang Tempel
b.    Perangkat kelurahanKarang Tempel
c.    Ketua RT/RW setempat
d.   Masyakarat penerima bantuan Gerdu Kempling di Kelurahan Karang Tempel.
Fokus atau titik perhatian dalam penelitian ini adalah pola pendampingan masyarakat penerima program penanggulangan kemiskinan Gerdu Kempling di Kelurahan Karangtempel Kota Semarang tahun 2012. Adapun  indikatornya sebagai berikut: (1) Motivasi, (2) Peningkatan kesadaran dan pelatihan kemampuan, (3) Manajemen diri, (4) Mobilisasi sumber, (5) Pembangunan dan pengembangan jaringan. Lokasi yang menjadi obyek penelitian ini adalah Kelurahan Karangtempel Kota Semarang.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a.    Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden,yaitu data tentang pola pendampingan masyarakat penerima program penanggulangan kemiskinan Gerdu Kempling di Kelurahan Karangtempel Kota Semarang tahun 2012.
b.    Data sekunder
Data sekunder adalah data yang mendukung dari data primer yaitu data yang langsung didapat dilapangan.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain :
a.   Wawancara
Dalam wawancara ini peneliti langsung mendapatkan informasi dari informan,yaitu dari  Kepala Kelurahan Karang Tempel, Perangkat kelurahan Karang Tempel,      Ketua RT/RW setempat, Masyakarat penerima bantuan Gerdu Kempling di Kelurahan Karang Tempel.
b. Observasi
Dalam penelitian ini mengadakan penyelidikan terhadap pola pendampingan masyarakat penerima program penanggulangan kemiskinan Gerdu Kempling di Kelurahan Karangtempel Kota Semarang tahun 2012.
c. Dokumentasi
Yang di jadikan dokumentasi dalam penelitian ini,seperti foto-foto pada saat pendampingan masyarakat penerima program penanggulangan kemiskinan Gerdu Kempling di Kelurahan Karangtempel Kota Semarang tahun 2012.  
Untuk memberi pemaknaan atas data atau fenomena yang ditemukan dan dikumpulkan dalam penelitian ini maka dilakukan analisis dengan pendekatan kualitatif dengan eksplanasi bersifat deskriptif.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Jenis, Penyelenggara, dan Karakteristik Masyarakat Penerima Program Penanggulangan Kemiskinan Gerdu Kempling
No.

Jenis Program yang diberikan
Penyelenggara Program
Mayarakat penerima Program
Nama/Usia/Alamat
Pekerjaan Awal

1.     
Pelatihan Menjahit Kerajinan Kain Perca
Kelurahan Karang Tempel
25 Kelompok : @50 orang.
1)    Lisyane(45 th)/ Jl. Nias II/14 RT 03/RW IV
2)    Ribet Maryati (39 th)/ Jl. Nias No. 10 RT 03/RW IV
3)    Muwanti (59 th)/ Jl. Krakatau IV/11 A RT 02/RW I
4)    Kasmari (45 th)/ Jl. Krakatau II/ 11A Rt 02/RW I
5)    dll.


1)   Jasa/ Pembantu RT

2)   Tidak Bekerja


3)   Jasa/Kuli/ Serabutan

4)   Pedagang


5)   dll.
2.     
Kursus Setir Mobil
IKIP PGRI Semarang Bersama Lantas Semarang
4 orang
1)    Agus Subiyanto (44 th)/ Jl. Hiri II/2 Rt 05/Rw III
2)    dll.

1)    Jasa/ Kuli/ Serabutan

2)    dll.
3.     
Pelatiha Wirausaha Tanaman Hias dan Kompos
IKIP PGRI Semarang
9 orang
1)   Rustanto (36 th)/ Jl. Hasil I/11 Rt 05/Rw II
2)   dll.

1)    Tukang Batu/ Tukang Kayu

2)    dll.
4.     
Wirausaha Ternak Berskala Rumah Tangga
IKIP PGRI Semarang
5 orang
1)   Slamet Hastanto (28 th) /Jl Hasil I/1 RW III
2)   dll.

1)    Tidak Bekerja


2)    dll.
5.     
Wirausaha Kesenian
IKIP PGRI Semarang
6 orang
1)   Sigit Prasojo (30 th)/ Jl. Hasil Raya 22 Rt 06/Rw III
2)   dll.

1)   Buruh/ Pesuruh/ Pelayan
2)   dll.
6.     
Pelatihan Perbengkelan Sepeda Motor
IKIP PGRI Semarang
5 orang
1)   Wahyu Aristiono (31 th)/ Jl. Taman Irian/16 Rt 08/Rw III
2)   dll.

1)    Buruh/ Pesuruh/ Pelayan

2)    dll.
7.     
Pelatihan Ketrampilan Komputer
IKIP PGRI Semarang
5 orang
1)    Tintia May Cristhina (22 th)/ Jl. Taman Irian No. 18 Rt 08/Rw III
2)    dll.

1)    Belum Bekerja


2)    dll.
8.     
Wirausaha Boga
IKIP PGRI Semarang
15    orang
1)   Astuti  (54 th)/ Jl. Hasil Raya No. 10/RW III
2)   Tommy Sulistyono (29 th)/ Jl. Hasil I/2 RT 07/RW III
3)   Basinem (55 th)/ Jl. Hasil Raya 22 RT 06/RW III
4)   dll.

1)   Jasa/Kuli/ Serabutan

2)   Pemungut sampah kelurahan
3)   Pedagang


4)   dll.
9.     
Rehab Sanitasi Warga
STEKOM
2 kelompok : 2 RT
-

Kesembilan jenis program gerdu kempling di atas  menggunakan pola pendekatan Tri Daya (tiga aspek pemberdayaan) untuk membantu mengatasi masalah kemiskinan. Tiga aspek pemberdayaan  yang  dilakukan  meliputi  pemberdayaan: (1) Manusia (Daya Sosial );  (2) Lingkungan  (Daya Lingkungan), dan (3) Pemberdayaan Usaha (Daya Ekonomi). Secara lengkap, tiga aspek pemberdayaan meliputi program-program:
a.    Pemberdayaan manusia, dalam program penanggulangan kemiskinan gerdu kempling di kelurahan karang tempel diwujudkan dalam kegiatan yakni berupa
1)   pelatihan/keterampilan menjahit kain perca,
2)   kursus setir mobil,
3)   pelatihan ketrampilan komputer.
b. Pemberdayaan lingkungan, dalam program penanggulangan kemiskinan gerdu kempling di kelurahan karang tempel diwujudkan dalam kegiatan yakni berupa:
1)   rehab sanitasi warga,
2)   Pelatihan wirausaha tanaman hias dan kompos,
c.  Pemberdayaan Usaha, dalam program penanggulangan kemiskinan gerdu kempling di kelurahan karang tempel diwujudkan dalam beberapa kegiatan yakni berupa:
1)   Wirausaha ternak berskala rumah tangga
2)   Wirausaha kesenian
3)   Wirausaha boga

Pola Pendampingan Masyarakat Penerima Program Penanggulangan Kemiskinan  Gerdu Kempling di Kelurahan Karangtempel Kota Semarang tahun 2012
      Berdasarkan wawancara dengan Kepala Kelurahan Karang Tempel serta wawancara  dengan masyarakat penerima Program Gerdu Kempling tahun 2012 di RW III, I, dan RW IV Kelurahan Karang Tempel tentang pola pendampingan Masyarakat Penerima Program Gerdu Kempling dapat terlihat dalam pola sebagai berikut.
a.    Motivasi
Pola pendampingan kepada masyarakat penerima gerdu kempling di kelurahan karang tempel dilakukan dengan memberikan motivasi-motivasi kepada masyarakat penerima bantuan atau program tersebut untuk terlibat dalam kegiatan peningkatan pendapatan dengan menggunakan sumber-sumber dan kemampuan-kemampuan mereka sendiri, tetapi tidak memberikan pendampingan secara finasial karena memang tidak ada anggaran untuk pemberian pendampingan masyarakat penerima program gerdu kempling.

b.    Peningkatan kesadaran dan pelatihan kemampuan
Pola pendampingan masyarakat penerima program gerdu kempling di kelurahan karang tempel berikutnya adalah dengan melakukan peningkatan kesadaran dan pelatihan kemampuan-kemampuan seperti keterampilan menjahit namun masih ada beberapa kendala karena pelatihan yang diberikan hanya selama satu minggu. Singkatnya pelatihan yang diberikan maka hasil kemampuan dan keterampilan menjahit yang diperoleh belum mahir. Meskipun singkat tetapi ada masyarakat peserta pelatihan menjahit yang mampu mahir menjahit, namun belum berani untuk membuat usaha sendiri karena tidak adanya modal serta bantuan mesin jahit yang diberikan kondisinya rusak.

c.    Manajemen diri
Pola pendampingan manajemen diri belum dilaksanakan kepada masyarakat penerima program gerdu kempling, karena dari beberapa masyarakat  belum bisa mengatur kegiatan mereka sendiri untuk mengembangkan usaha sesuai dengan program bantuan yang diberikan. Kondisi ini disebabkan beberapa masyarakat penerima bantuan memiliki pekerjaan sendiri yang lain.  Kondisi serupa juga terjadi pada masyarakat penerima program bantuan gerdu kempling berupa oven untuk usaha roti.

d.   Mobilisasi sumber.
Pola pendampingan mobilisasi sumber belum dilaksanakan kepada masyarakat penerima program gerdu kempling, karena dari beberapa masyarakat  belum bisa untuk menghimpun sumber-sumber individual melalui tabungan reguler dan sumbangan sukarela dengan tujuan menciptakan modal usaha. Kondisi serupa juga terjadi pada masyarakat penerima program bantuan gerdu kempling berupa mesin jahit yang belum mampu untuk membuat usaha karena kondisi mesin jahit rusak.

e.    Pembangunan dan pengembangan jaringan.
Pola pendampingan Pembangunan dan pengembangan jaringan belum dilaksanakan kepada masyarakat penerima program gerdu kempling, karena dari beberapa masyarakat  belum ada peningkatan kemampuan para anggotanya membangun dan mempertahankan jaringan dengan berbagai sistem sosial di sekitarnya untuk menyediakan dan mengembangkan usaha dan berbagai akses terhadap sumber dan kesempatan bagi peningkatan usaha. Kondisi serupa juga terjadi pada masyarakat penerima program bantuan gerdu kempling berupa oven untuk usaha roti yang belum berani untuk mengembangkan jaringan atau kerjasama dengan pengusaha roti di sekitar wilayahnya. Meskipun demikian, sebetulnya ada beberapa masyarakat penerima bantuan yang ingin mengembangkan usaha dengan pihak lain namun terkendala minimnya kemampuan membangun jaringan serta keterbatasan modal dan sarana.


PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
  1. Program Gerdu Kempling tahun 2012 di RW III, I, dan RW IV Kelurahan Karang Tempel menggunakan pola pendekatan Tri Daya Tiga aspek pemberdayaan  yang  dilakukan  meliputi  pemberdayaan: (a) Pemberdayaan manusia; (b) Pemberdayaan lingkungan; dan(c) Pemberdayaan Usaha. 
  2. Pola pendampingan masyarakat penerima program gerdu kempling di kelurahan karang tempel yang paling dominan adalah dengan melakukan dua kegiatan yakni 1) motivasi, dan 2) Peningkatan kesadaran dan pelatihan kemampuan. Sedangkan pendampingan yang masih kurang atau belum dilaksanakan adalah melalui kegiatan 1) Manajemen diri, 2) Mobilisasi sumber, 3) Pembangunan dan pengembangan jaringan.

Saran
  1. Pemberian Pelatihan keterampilan yang secara tuntas akan menghasilkan kompetensi dan keterampilan masyarakat dalam mengembangkan usaha dalam program gerdu kempling.  Penyeleksian dan survey kondisi masyarakat sangat dibutuhkan agar pemberian program bantuan gerdukempling dapat tepat sasaran. 
  2. Perlunya pendampingan yang massif oleh seluruh seluruh stakeholder kepada masyarakat penerima program gerdu kempling di kelurahan karangtempel agar program penanggulangan kemiskinan gerdukempling dapat berhasil menurunkan angka kemiskinan di kelurahan gerdu kempling.


DAFTAR PUSTAKA


Budihardjo. 2011. Inovasi Kota Semarang untuk pengentasan kemiskinan. http://krisbudi.blogspot.com/2011/11/inovasi-kota-semarang-untuk-pengentasan.html. Diakses pada 25 Nopember 2011.
Djamal, Chamsiah, dkk. 1994.Panduan Tenaga Pendamping Lapangan (TPL) Perempuan. Jakarta: Pusat Pengembangan Sumberdaya Wanita.
Djannata, Andika Azzi. 2012. “Analisis program-program Penanggulangan kemiskinan menurut SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) Di Kota Semarang dengan Metode Analisis Hierarki Proses (AHP)”. Skripsi.Program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan. Universitas Diponegoro.
Djannata dan  Atmanti, 2011. “Analisis Program-Program Penanggulangan Kemiskinan menurut SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) di Kota Semarang dengan Metode AHP (Analisis Hierarki Proses) (Studi Kasus: Kota Semarang Tahun 2011)” Jurnal. Program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan. Universitas Diponegoro.
Fatmasari, Dini Sapta Wulan. 2007. “Analisis Potensi Pertumbuhan Ekonomi di kota Tangerang (Pendekatan Model Basis Ekonomi)”. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Ekonomi Pembangunan. Universitas Negeri Semarang.
Hatu, Rauf A. 2010. “Pemberdayaan dan Pendampingan Sosial dalam Masyarakat (suatu Kajian teoretis)” dalam INOVASI, Volume 7, Nomor 4, Desember 2010
Moleong, Lexy J.2000.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Najiyati, Sri, dkk. 2005.Pemberdayaan Masyarakat di Lahan Gambut. Bogor: Wetlands International – IPS.
Pantjar Simatupang dan Saktyanu K. Dermoredjo. 2003. “Produksi Domestik Bruto, Harga dan Kemiskinan”. Media Ekonomi dan keuangan Indonesia, Vol.51, No.3, Hal.191-324.
Pemerintah Kota Semarang. 2012. “Program Pemerintah Kota Semarang berkaitan dengan Masyarakat Miskin”. Presentasi Sosialisasi Gerdu Kempling, Senin 17 September 2012.
Poerdarminta.1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas.
Prima Sukmaraga. 2011. “Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia, PDRB per Kapita dan Jumlah Pengangguran Terhadap Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Jawa Tengah”. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan. Universitas Diponegoro.
Rejeki, Dwi Prawani Sri. 2006. “Analisis Penanggulangan Kemiskinan Melalui  Implementasi Program P2KP Di Kota Semarang (Studi Kasus Di kelurahan Purwoyoso Kecamatan Ngaliyan Kota semarang Tahun 2002-2003)”. Tesis.Magister Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan. Universitas Diponegoro.
Suara Merdeka. 8 Oktober 2012.“Gerdu Kempling Belum Maksimal”. www.suaramerdeka.com. Diakses pada tanggal 5 Nopember 2012.
Suara Merdeka. 11 Oktober 2012.“Kontinuitas Program Gerdu Kempling”.www.suaramerdeka.com. Diakses pada tanggal 15 Nopember 2012.
Setiawan, Achma Hendra. 2011. Perekonomian Indonesia. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Suharto, Edy. 2010. “Pendampingan Sosial dalam Pemberdayaan Masyarakat Miskin: Konsepsi dan Strategi”. Makalah disampaikan pada proyek uji coba model pemandu di Lampung, Jateng dan NTB.
Tambunan, Tulus. 1998.Ekonomi Pembangunan. Jakarta: Bumi Aksara.
Wardah Hafidz. 1995. Tenaga Pendamping Lapangan (TPL) Perempuan : Peran Strategis Namun Marjinal. Jakarta: Pusat Pengembangan Sumberdaya Wanita.

0 komentar:

Posting Komentar